Menebak Umur
dan Gender
Lewat Teknologi
Bulan April lalu,
Microsoft meluncurkan API (Application Programming
Interface) untuk pendeteksi wajah. Melalui aplikasi tersebut, mereka
ingin mencoba mendeteksi usia, bahkan hingga gender/ jenis
kelamin orang. Teknologi pendeteksi wajah ini merupakan bagian dari Microsoft Project Oxford.
Saya
kemudian mencoba menggunakan aplikasi ini, untuk menebak umur orang. Apakah
nampak muda, atau malah lebih tua? Mulailah saya googling pemeran Tetangga Masa Gitu, sitkom yang ditayangkan di NET TV,
kemudian foto mereka saya unggah ke situs how-old.net (sebagai tambahan informasi, mereka tidak
menyimpan foto yang kita unggah), hasilnya saya olah dalam tabel seperti
berikut:
Dari
data di atas, kolom gender lebih
tepat terdeteksi. Sedangkan usia, ternyata masih belum tepat. Terutama untuk
pemeran perempuan. Beda umurnya lebih jauh dibanding tebakan umur pemain
laki-laki.
Saya kemudian mencoba lagi menggunakan foto teman-teman saya. Ada yang usianya hampir mirip, tetapi entah mengapa di foto ini usia saya menjadi 5 tahun lebih tua. Namun, sayangnya ada wajah yang tidak terdeteksi, sehingga tidak muncul prediksi usia maupun gendernya. Ada juga satu teman saya yang terdeteksi sebagai perempuan
Saya kemudian mencoba lagi menggunakan foto teman-teman saya. Ada yang usianya hampir mirip, tetapi entah mengapa di foto ini usia saya menjadi 5 tahun lebih tua. Namun, sayangnya ada wajah yang tidak terdeteksi, sehingga tidak muncul prediksi usia maupun gendernya. Ada juga satu teman saya yang terdeteksi sebagai perempuan
Bereksperimen
dengan Machine Learning (ML)
Sebetulnya,
beberapa developer ‘pengembang’ di Microsoft mengembangkan
aplikasi ini hanya dalam waktu sehari saja. Maka, tak heran jika masih ditemukan galat
atau kesalahan dalam memprediksi usia maupun gender orang.
Namun, sebagaimana machine learning pada umumnya, nantinya mereka dapat terus
dikembangkan untuk mendapat hasil yang lebih akurat.
Contoh
penggunaan machine learning lainnya bisa
kita temui di Facebook. Jika pembaca pernah mengupload foto di jejaring sosial
ini, tentu akan muncul tanda kotak pada wajah-wajah dalam foto. Saran untuk
menandai wajah berdasar nama teman akan muncul. Hasilnya? Tentu mendekati
akurat. Hanya saja, untuk beberapa orang yang fotonya jarang ditemui di
Facebook, machine learning milik
Facebook akan kesulitan mengenalinya.
Masa
depan teknologi face recognition ‘pengenalan wajah’
Tentu,
kita tak bisa menghindari pesatnya perkembangan teknologi pengenalan
wajah. Paul Shuepp, CEO Animetrics (pengembang teknologi pengenalan
wajah), mengatakan bahwa kita tak perlu takut pada penggunaan teknologi ini.
“Apa yang saya coba untuk perjuangkan adalah
bahwa [teknologi] ini akan menjadi sesuatu yang akan menguntungkan hidup kita
dibanding sesuatu yang mesti ditakuti. Saya menemukan diri saya mengatakan pada
orang [bahwa] bukanlah teknologi itu sendiri yang mesti ditakuti ketika itu
menyangkut privasi, stalking, dan pencurian identitas,” kata
Paul seperti yang Netnesia kutip dari TechRadar.
Salah
satu pemanfaatan teknologi pengenalan wajah adalah untuk menemukan hewan peliharaan
yang hilang. Kehilangan hewan kesayangan dapat membuat sedih pemiliknya,
seperti yang terjadi pada Philip Rooyakkers. “Ketika saya kehilangan anjing saya, itu membuatku marah karena
waktu itu tak ada teknologi yang dapat diaplikasikan untuk [mengatasi] masalah
ini,” curhat Philip. Hal itu yang membuatnya membuat pendeteksi
wajah, untuk hewan peliharaan.
Pendeteksi
wajah untuk hewan peliharaan tentu sangat berguna. Namun pendeteksi wajah untuk
wajah manusia tentu dapat menimbulkan pro dan kontra, terutama dalam masalah
privasi. Jika suatu saat ada teknologi pendeteksi wajah manusia yang terintegrasi
dengan ponsel-ponsel, atau kacamata-kacamata orang, bukankah akan terasa aneh
jika kita sedang berjalan tiba-tiba ada orang asing yang menyapa, “Hai, Fauzan!”?
No comments:
Post a Comment