Monday, May 9, 2016

       Menebak Umur dan Gender 
          Lewat  Teknologi

 Bulan April lalu, Microsoft meluncurkan API (Application Programming Interface) untuk pendeteksi wajah. Melalui aplikasi tersebut, mereka ingin mencoba mendeteksi usia, bahkan hingga gender/ jenis kelamin orang. Teknologi pendeteksi wajah ini merupakan bagian dari Microsoft Project Oxford.
Saya kemudian mencoba menggunakan aplikasi ini, untuk menebak umur orang. Apakah nampak muda, atau malah lebih tua? Mulailah saya googling pemeran Tetangga Masa Gitu, sitkom yang ditayangkan di NET TV, kemudian foto mereka saya unggah ke situs how-old.net (sebagai tambahan informasi, mereka tidak menyimpan foto yang kita unggah), hasilnya saya olah dalam tabel seperti berikut:
Dari data di atas, kolom gender lebih tepat terdeteksi. Sedangkan usia, ternyata masih belum tepat. Terutama untuk pemeran perempuan. Beda umurnya lebih jauh dibanding tebakan umur pemain laki-laki.
Saya kemudian mencoba lagi menggunakan foto teman-teman saya. Ada yang usianya hampir mirip, tetapi entah mengapa di foto ini usia saya menjadi 5 tahun lebih tua. Namun, sayangnya ada wajah yang tidak terdeteksi, sehingga tidak muncul prediksi usia maupun gendernya. Ada juga satu teman saya yang terdeteksi sebagai perempuan
Bereksperimen dengan Machine Learning (ML)
Sebetulnya, beberapa developer ‘pengembang’ di Microsoft mengembangkan aplikasi ini hanya dalam waktu sehari saja. Maka, tak heran jika masih ditemukan galat atau kesalahan dalam memprediksi usia maupun gender orang. Namun, sebagaimana machine learning pada umumnya, nantinya mereka dapat terus dikembangkan untuk mendapat hasil yang lebih akurat.
Contoh penggunaan machine learning lainnya bisa kita temui di Facebook. Jika pembaca pernah mengupload foto di jejaring sosial ini, tentu akan muncul tanda kotak pada wajah-wajah dalam foto. Saran untuk menandai wajah berdasar nama teman akan muncul. Hasilnya? Tentu mendekati akurat. Hanya saja, untuk beberapa orang yang fotonya jarang ditemui di Facebook, machine learning milik Facebook akan kesulitan mengenalinya.
Masa depan teknologi face recognition ‘pengenalan wajah’
Tentu, kita tak bisa menghindari pesatnya perkembangan teknologi pengenalan wajah. Paul Shuepp, CEO Animetrics (pengembang teknologi pengenalan wajah), mengatakan bahwa kita tak perlu takut pada penggunaan teknologi ini.
 “Apa yang saya coba untuk perjuangkan adalah bahwa [teknologi] ini akan menjadi sesuatu yang akan menguntungkan hidup kita dibanding sesuatu yang mesti ditakuti. Saya menemukan diri saya mengatakan pada orang [bahwa] bukanlah teknologi itu sendiri yang mesti ditakuti ketika itu menyangkut privasi, stalking, dan pencurian identitas,” kata Paul seperti yang Netnesia kutip dari TechRadar.
Salah satu pemanfaatan teknologi pengenalan wajah adalah untuk menemukan hewan peliharaan yang hilang. Kehilangan hewan kesayangan dapat membuat sedih pemiliknya, seperti yang terjadi pada Philip Rooyakkers. “Ketika saya kehilangan anjing saya, itu membuatku marah karena waktu itu tak ada teknologi yang dapat diaplikasikan untuk [mengatasi] masalah ini,” curhat Philip. Hal itu yang membuatnya membuat pendeteksi wajah, untuk hewan peliharaan.
Pendeteksi wajah untuk hewan peliharaan tentu sangat berguna. Namun pendeteksi wajah untuk wajah manusia tentu dapat menimbulkan pro dan kontra, terutama dalam masalah privasi. Jika suatu saat ada teknologi pendeteksi wajah manusia yang terintegrasi dengan ponsel-ponsel, atau kacamata-kacamata orang, bukankah akan terasa aneh jika kita sedang berjalan tiba-tiba ada orang asing yang menyapa, “Hai, Fauzan!”?



No comments:

Post a Comment